Sabtu, 26 Juli 2008

Sedekah Sebagai Penerang Alam Kubur

Alam kubur, siapapun pasti mengenalnya. Bahkan anak-anak kecil yang baru belajar mengajipun, akan dikenalkan sama ustadznya, mengenal ngerinya ketika manusia sudah memasuki alam kubur. Lalu tergambarlah dalam benak-benak bocah yang polos itu, mengenai gelapnya alam kubur, beratnya siksa kubur, sangarnya malaikat penjaga alam kubur, serta berbagai problem akibat dosa-dosa ketika hidup di dunia. Apalagi ditambah seringnya mereka melihat tayangan dalam televisi “ Rahasia Illahi” yang menayangkan berbagai siksa kubur. Maka timbullah rasa seram dalam diri mereka.

Namun apakah mereka telah menerangkan pula pada mereka bahwa keseraman alam kubur itu bisa di antisipasi dengan uluran tangan manusia-manusia yang gemar bersedekah? Yah… sedekah memang mengandung keajaiban yang tidak semua orang bisa mengetahuinya. Dan salah satu keajaibannya adalah bisa menjadikan alam kubur seseorang menjadi terang, sehingga muluslah jalan selanjutnya untuk menggapai RidlaNya. Rasulullah saw bersabda : “Bersedekahlah, sebab sesungguhnya sedekah itu pelepasmu dari api neraka” (HR.Thabrany)

Dalam sabda yang lain berbunyi:”Takutlah siksaan api neraka sekalipun dengan bersedekah separuh buah kurma. Jika kamu tidak mampu, maka cukup dengan kalimat yang baik”(HR.Bukhari Muslim)

Jika melihat hadits di atas, sebenarnya sedekah tidak harus dengan harta benda, namun mengapa orang-orang merasa sayang mengeluarkan yang dia punya untuk bersedekah ? Apakah dengan bersedekah orang kaya bisa menjadi miskin? Apakah dengan bersedekah seseorang bisa mengalami kebangkrutan? Dan apakah dengan bersedekah orang yang mulia akan jatuh menjadi hina?

Harus diakui sebenarnya banyak orang yang tidak menyadari keajaiban dan keagungan yang terkandung dibalik sedekah. Sesungguhnya bersedekah itu sangat bermanfaat bukan hanya untuk orang lain yang kita beri sedekah. Tetapi juga bagi diri kita sendiri. Salah satunya adalah sucinya harta benda kita dari hal-hal yang bukan hak kita karena sebagian dari harta kitaadalah hak orang lain.

Pada dasarnya tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak menyedekahkan apa saja yang ia punyai. Maksudnya jika ingin bersedekah, tidak musti mengeluarkan harta benda. Karena senyumpun telah dianggapnya sebagai sedekah. Apalagi jika rela menyedekahkan sebagian harta bendanya. Maka akan teranglah alam kubur kita nanti. Terang oleh sinar lampu amal kebaikan yang kita tanam sewaktu masih di dunia.

Ketahuilah! Setelah kita mati di alam kubur semua orang akan dikumpulkan dalam satu tempat, baik yang besar maupun yang kecil, yang banyak makan maupun yang jarang makan, yang memakai pakaian dari sutra maupun yang memakai pakaian kasar. Di tempat ini semua kelihatan sama. Tidak manfaat harta benda yang selama ini dia kumpulkan, tidak ada nilainya dan sama sekali tidak menolong. Yang mana nur amal ibadah kita akan nampak bersinar terang dalam kubur yang begitu gelapnya tanpa ada satu celah apapun.

Sa’id bin Abdul Aziz pernah ditanyai:”Apa itu rizki yang sekedar mencukupi?” Ia menjawab :”Yaitu kenyang sehari dan lapar sehari !“ “ Sampai kapan kamu akan menuangkan air dalam gelas nafsumu? …sedang kamu lalai menggembalakannya. Apakah kamu suka, jika kamu dibayangi impian-impian yang tidak mungkin terwujud? Seperti mimpi dalam tidur atau seperti bayangan yang hilang. Orang –orang yang berakal dan cerdik tidak akan terlena dan mungkin tertipuoleh hal-hal yang demikian. Carilah bekal sebanyak mungkin untuk menyongsong hari esok, dimana kamu akan jatuh miskin. Siapkan bekal untuk perjalananmu yang jauh, bukan untuk kepentingan orang lain.

Selasa, 15 Juli 2008

Alangkah Mudahnya Para Sahabat Mengeluarkan Sedekah

Para sahabat adalah orang-orang yang hidup berdampingan dengan Rasulullah saw secara langsung. Sehingga untuk menuruti himbauan beliau, mereka tidak berpikir dua kali lagi. Demikian tinggi keimanan yang tertancap dalam hati sanubari mereka, hingga dalam hati mereka hanyalah keinginan untuk meraih Ridla Allah dan RasulNya. Harta benda yang mereka punyai bukanklah menjadi menjadi tujuan hidup utama mereka. Bagi mereka harta hanyalah sebagai sarana penunjang untuk mereka, agar kebaikan mereka di dunia semakin menumpuk. Salah satunya adalah dengan bersedekah.

Kisah kehebatan mereka dalam bersedekahpun sudah sering mampir ditelinga kita. Seperti ceritanya Abu Bakar, yang terkenal sebagai sahabat yang paling dermawan diantara sahabat yang lain. Kesahajaan hidup yang dilakoni Abu Bakar sudah sangat difahami oleh sahabat yang lain, sehingga di tengah-tengah mereka Abu Bakar ra termasuk orang yang disegani. Mempunyai kemampuan untuk hidup mewah, tetapi itu tak dijalaninya. Makanan yang dikonsumsi sehari-harinya bersama keluarganya hanyalah makanan seadanya, yang sebenarnya tak layak dikonsumsi oleh orang-orang yang berduit seperti Abu Bakar ra. Apakah dia pelit? Sama sekali tidak!. Uang dan harta benda mereka yang diperoleh dari berdagang, digunakan untuk membantu orang-orang miskin, dari kaum kerabatnya. Abu Bakar makan dan memberi nafkah keluarganya dengan harta benda sisa dari yang disedekahkan, kegemarannya bersedekah dan kemurahan hatinya, membuat dirinya tak pernah memikirkan untuk memiliki pakaian mewah, sebagaimana saudagar-saudagar lainnya.

Bukti hobby Abu Bakar dalam bersedekah adalah, ketika suatu saat kaum muslimin sangat membutuhkan dana untuk membiayai perang tabuk, beliau dengan rela dan ikhlas memberikan seluruh harta miliknya tanpa tersisa satu apapun kecuali cukup untuk kebutuhan sehari-harinya. Itulah mengapa Rasulullah saw sangat mencintainya, selain karena dia adalah mertua beliau sendiri.

Tak beda jauh dengan sahabat beliau yang bernama Utsman bin Affan ra. Dia juga dikenal sebagai orang yang luar biasa sifat kedermawannya. Disamping dia memang berprofesi sebagai saudagar yang kaya raya. Namun untuk urusan bersedekah, baginya adalah nomor satu.

Kedermawannya dan kegemarannya bersedekah dibuktikan pada saat terjadi musim paceklik yang mengakibatkan banyak bencana. Ini terjadi pada saat pemerintahan Khalifah Umar bin Khathab ra. Kelaparan yang terjadi di mana-mana, mulai dari pelosok desa sampai ke masyarakat kota. Pada suatu hari datanglah rombongan Khafilah Syiria terdiri dari seribu onta menuju kerumah Utsman. Kafilah tersebut membawa berbagai macam macam makanan dan pakaian yang hendak dijual dan tidak bisa ditentukan harganya. Para pedagang itu berharap bisa menemui Utsman, dan meminta agar mereka diberi kesempatan membeli barang-barang yang di bawa Khafilah Syiria tersebut supaya hati mereka bahagia. Lalu bertanyalah Utsman bin Affan ra: “ Berapa kalian hendak memberikan laba? “. “ Lima persen!” jawab salah satu wakil dari rombongan itu umtuk meyakinkan Utsman agar mau membeli barang dagangannya. Lalu Utsman berkata “ saya bisa mendapatkan yang mau memberikan laba lebih dari itu !” tanpa putus asa mereka terus menawar barang tersebut bahkan ada yang sampai berani memberikan keuntungan sebesar sepuluh persen. Tetapi dengan tenangnya Utsman berkata kepada mereka :”sekali lagi mohon maaf tuan-tuan yang terhormat, saya telah menemukan yang mau menawar lebih dari itu!”.

Dan Utsman Lalu menyumbangkan semua barang yang diangkut oleh rombongan kafilah tersebut untuk penduduk madinah yang sedang dilanda kelaparan.

Tidak hanya kedua sahabat besar tersebut yang terkenal dengan kegemarannya bersedekah. Abdurrahman bin Auf, Umar bin Khathab, Ali bin Abi Thalib ra dan lainnya juga adalah orang-orang yang rajin bersedekah, meskipun harta yang mereka punyai tidak melimpah, bahkan hanya sedikit. Apa yang dilakukan Rasulullah saw benar-benar telah membekas dalam hati, dan menjadi sebuah keimanandan ketakwaan yang sungguh bermutu tinggi.

Minggu, 13 Juli 2008

SISI BAIK SEDEKAH

Jika segala sesuatu yang berkaitan dengan amal perbuatan, hampir dipastikan ada sisi positif dan negatifnya, namun tidak demikian halnya dengan sedekah. Sedekah merupakan amal perbuatan yang di lihat dari sudut pandang manapun, yang terlihat adalah sisi baik dan positif. Baik dari pihak yang mengeluarkan sedekah, maupun dari pihak orang-orang yang diberinya sedekah.

Dan perlu diketahui bahwa untuk menjadi seorang muslim yang dermawan, tidak harus menunggu datangnya
harta yang berlimpah dan menyulap dirinya menjadi kaya raya terlebih dahulu. Sebab orang yang hidup pas-pasan pun bisa mendadak menjadi seorang dermawan bila dirinya mau sedikit saja berbagi dengan saudaranya yang muslim.

Rasulullah saw bersabda : Barang siapa yang memberi makanan roti pada saudaranya (yang muslim) sehingga membikinnya kenyang, dan memberinya minuman air sehingga menyegarkan, Maka Allah Menjauhkan kepada orang yang memberi dari siksaan api neraka dengan jarak tujuh parit', setiap parit sekitar tujuh ratus tahun perjalanan. (HR.An-Nasa I dan Al-Hakim)

Dengan demikian, untuk mengambil sisi baiknya dan keagungan dibalik sedekah, tidaklah seseorang menunggu harta menumpuk. Sebab tidak ada himbauan untuk mengumpulkan harta terlebih dahulu, baru bersedekah. Agar lebih mantap lagi, tak ada salahnya kita berkaca pada orang-orang yang mempunyai keimanan dan ketaqwaan yang tangguh, hingga tak ada setitikpun rasa sayang terhadap harta benda, yang membuat mereka terhalangi dari kebaikan sedekah.